JAKARTA - PT Freeport Indonesia (PTFI) memastikan produksi katoda dan emas tetap berjalan dengan mengandalkan stok konsentrat yang ada.
Insiden longsor di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), Mimika, Papua Tengah membuat proses produksi bijih tembaga sementara dihentikan. Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menegaskan, fokus utama saat ini adalah pencarian lima dari tujuh pekerja yang masih terjebak akibat longsor tersebut.
Meski begitu, dua pekerja sebelumnya telah ditemukan meninggal dunia, sehingga proses pencarian tetap menjadi prioritas utama perusahaan. Tony menyampaikan bahwa meskipun produksi bijih tembaga terhenti sejak longsor, konsentrat yang tersisa masih diolah menjadi katoda dan emas batangan.
Hal ini memungkinkan produksi tetap berjalan meski dalam kapasitas terbatas, sehingga target jangka panjang tidak sepenuhnya terganggu. Selain itu, sejak awal tahun hingga terjadinya longsor, PTFI telah mencapai sekitar 66% dari target produksi bulanan.
Dengan pencapaian ini, perusahaan dapat memaksimalkan stok yang ada untuk menjaga aliran produksi dan penjualan. Tony menekankan bahwa langkah ini penting agar kegiatan operasional tetap berkelanjutan meski menghadapi kondisi darurat.
Dampak Produksi dan Penjualan Kuartal Mendatang
Induk usaha PTFI, Freeport-McMoran Inc. (FCX), memprediksi penjualan tembaga dan emas pada kuartal IV/2025 akan lebih rendah dibanding estimasi awal sebelum longsor.
Penjualan tembaga diperkirakan mencapai 445 juta pound, sedangkan emas sekitar 345.000 ounce. Penurunan ini terjadi akibat penghentian sementara produksi di tambang GBC dan proses pemulihan operasi yang membutuhkan waktu.
Selain dampak jangka pendek, produksi PTFI pada 2026 juga diprediksi turun hingga 35% dari estimasi awal. Produksi tembaga diperkirakan 1,7 miliar pound, sementara emas mencapai 1,6 juta ounce.
FCX menilai penurunan ini wajar mengingat langkah perbaikan dan pemulihan tambang GBC dilakukan secara bertahap untuk memastikan keselamatan dan kualitas operasional.
Perusahaan menekankan, meskipun terjadi penurunan produksi, pengelolaan stok konsentrat dan fokus pada blok tambang yang tidak terdampak tetap menjadi prioritas.
Dengan strategi ini, PTFI dapat meminimalkan gangguan dan memastikan ketersediaan produk bagi pasar global. Tony menyebutkan bahwa target produksi tahunan tetap realistis meski harus menyesuaikan dengan kondisi pasca-longsor.
Rencana Pemulihan Bertahap Tambang GBC
PTFI memperkirakan operasi tambang Grasberg Block Cave baru dapat pulih sepenuhnya pada 2027. Pemulihan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan tambang Big Gossan dan Deep MLZ yang tidak terdampak longsor, diperkirakan dapat memulai kembali operasi pada pertengahan kuartal IV/2025.
Sementara restart GBC dilakukan mulai semester I/2026 dengan peningkatan kapasitas secara bertahap. Proses pemulihan tambang GBC dilakukan di beberapa blok produksi, dimulai dari PB2 dan PB3, kemudian PB1S pada paruh kedua 2026, serta sisanya PB1C pada 2027.
FCX menekankan jadwal ini disusun untuk mengembalikan produksi ke estimasi sebelum insiden. Tony Wenas menyebutkan, pendekatan bertahap ini memungkinkan perusahaan memulihkan produksi secara aman dan optimal, sekaligus menjaga keselamatan pekerja.
Strategi ini juga memastikan bahwa perusahaan tetap memprioritaskan keselamatan sambil meminimalkan dampak terhadap aliran produksi dan pendapatan.
Dengan perencanaan yang matang, PTFI menargetkan pemulihan kapasitas produksi yang berkelanjutan hingga 2027. Hal ini diharapkan memberikan kepastian kepada investor dan pasar mengenai stabilitas operasional jangka panjang perusahaan.
Optimalisasi Produksi Katoda dan Emas
Meskipun terjadi penghentian sementara bijih tembaga, PTFI tetap memaksimalkan pasokan konsentrat yang ada untuk memproduksi katoda dan emas batangan. Tony Wenas menegaskan bahwa langkah ini menjaga kesinambungan produksi dan meminimalkan gangguan terhadap target tahunan.
Perseroan juga menekankan pentingnya efisiensi proses pengolahan konsentrat agar hasil produksi tetap optimal. Selain itu, manajemen memanfaatkan pengalaman operasional sebelumnya untuk menyesuaikan proses produksi dalam kondisi darurat.
Pengolahan konsentrat yang tersisa membantu perusahaan menjaga stabilitas pendapatan dan memastikan pasokan produk kepada pelanggan. Tony menambahkan, strategi ini juga menjadi pelajaran berharga untuk menghadapi kondisi serupa di masa mendatang.
PTFI menegaskan, kombinasi penanganan darurat, optimasi konsentrat, dan pemulihan bertahap GBC akan menjaga keberlanjutan produksi jangka panjang.
Strategi ini diharapkan memberikan keyakinan bagi seluruh pemangku kepentingan bahwa produksi katoda dan emas tetap dapat berjalan secara stabil. Dengan demikian, perusahaan mampu menjaga posisi sebagai salah satu produsen tembaga dan emas terbesar di dunia.