JAKARTA – Dalam upaya memperkuat pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Nusa Tenggara Timur (NTT), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTT serta Bentoel Group meluncurkan Program Bangun Karya. Program ini secara khusus menargetkan pengembangan UMKM di sektor pangan olahan, kosmetik, dan obat tradisional di empat wilayah prioritas, yakni Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, dan Alor.
Sejak resmi diluncurkan pada Program Bangun Karya telah menunjukkan hasil signifikan dalam meningkatkan kapasitas dan daya saing UMKM lokal. Program ini tidak hanya memberikan pendampingan intensif berupa edukasi dan pelatihan praktik produksi yang baik, tetapi juga membangun rumah produksi yang sesuai dengan standar Good Manufacturing Practices (GMP).
Pendampingan dan Peningkatan Kapasitas UMKM
Dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun, lebih dari 300 warga serta pelaku usaha mikro dan kecil telah mendapatkan edukasi dan pelatihan dalam penerapan praktik produksi yang sesuai standar BPOM. Pendampingan ini fokus pada peningkatan kualitas produk dan proses produksi agar sesuai dengan persyaratan regulasi, sehingga mempercepat proses perizinan produk di BPOM.
Salah satu pencapaian utama Program Bangun Karya adalah pembangunan fasilitas rumah produksi di wilayah-wilayah tersebut yang telah memenuhi standar GMP. Fasilitas ini memungkinkan UMKM melakukan proses produksi dengan standar kualitas yang tinggi sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar lokal maupun nasional.
Kepala BPOM yang saat ini menjabat sebagai Pelaksana Harian (Plh.), Jayadi, menyatakan komitmen lembaganya untuk terus menguatkan kapasitas UMKM. “Legalitas bukan hanya soal izin, tapi jaminan mutu bagi masyarakat,” ujarnya dalam acara penutupan Program Bangun Karya di NTT, Jumat (5/6). Jayadi menambahkan bahwa keberadaan fasilitas produksi yang mematuhi standar GMP menjadi salah satu kunci utama untuk membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk UMKM.
Peran Bentoel Group dalam Mendukung UMKM
Salah satu mitra strategis dalam program ini, Bentoel Group, memberikan dukungan penuh dengan tidak hanya menyediakan pelatihan tetapi juga membekali UMKM dengan fasilitas produksi yang sesuai standar BPOM. Dian Widyanarti, Head of Corporate and Regulatory Affairs Bentoel Group, menegaskan bahwa pihaknya melihat potensi besar UMKM di NTT untuk tumbuh dan berkembang.
“Kami tidak hanya mendidik, tapi juga membekali pelaku UMKM dengan fasilitas produksi sesuai standar BPOM, agar dampak sosial berkelanjutan tercapai melalui pembangunan inklusif,” jelas Dian. Lebih lanjut, Dian menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah untuk memastikan kelangsungan program ini, khususnya dalam konteks industri tembakau yang menjadi salah satu sumber pendapatan negara dan penyerap tenaga kerja di NTT.
“Industri tembakau memiliki peranan penting dalam pengembangan ekonomi kerakyatan di NTT. Kami berharap dukungan dari pemerintah bisa terus diperkuat agar program ini dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat,” imbuh Dian.
Dukungan Pemerintah Provinsi NTT
Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, menyambut positif kolaborasi antara BPOM, Bentoel Group, dan pemerintah daerah sebagai bentuk sinergi yang nyata dalam memperkuat ekonomi lokal. Menurutnya, program ini mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi pelaku UMKM di lapangan dengan memberikan solusi praktis dan berkelanjutan.
“Dari desa dan pelaku UMKM kecil, kita ingin membangun NTT yang berdaya saing dan siap menghadapi pasar global,” kata Emanuel. Ia menambahkan, kolaborasi yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat adalah model pembangunan yang efektif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif.
Selaras dengan Program One Village, One Product
Program Bangun Karya juga sejalan dengan inisiatif “One Village, One Product” (OVOP) yang baru diluncurkan sebagai bagian dari transformasi ekonomi berbasis desa di NTT. Melalui OVOP, setiap desa didorong untuk mengembangkan produk unggulan yang memiliki ciri khas lokal sekaligus memenuhi standar kualitas untuk pasar nasional dan internasional.
Penutupan resmi Program Bangun Karya di NTT ditandai dengan penayangan dokumentasi capaian program, penyerahan apresiasi kepada 10 UMKM terbaik, serta ramah tamah bersama seluruh pemangku kepentingan yang terlibat. Acara ini menjadi momentum untuk mengevaluasi capaian dan merencanakan keberlanjutan program yang lebih luas dan berkelanjutan.
Manfaat dan Dampak Program bagi UMKM NTT
Program Bangun Karya telah membawa perubahan nyata bagi pelaku UMKM di NTT. Dengan dukungan fasilitas produksi yang memenuhi standar, pelaku UMKM dapat lebih mudah mengakses perizinan resmi dan menjamin mutu produknya. Hal ini berdampak langsung pada peningkatan kepercayaan konsumen dan memperluas pasar produk lokal.
Selain itu, edukasi praktik produksi yang baik meningkatkan kualitas produk dan efisiensi proses produksi, sehingga pelaku UMKM mampu bersaing dengan produk-produk dari luar daerah dan bahkan ekspor. Dengan demikian, program ini juga berkontribusi pada pengembangan ekonomi daerah dan penyerapan tenaga kerja lokal.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski capaian Program Bangun Karya cukup signifikan, berbagai tantangan tetap ada, seperti keterbatasan akses modal dan teknologi bagi pelaku UMKM. Untuk itu, diperlukan dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta, serta lembaga keuangan.
Dian Widyanarti menekankan pentingnya kolaborasi yang berkelanjutan agar program tidak hanya berhenti pada tahap pendampingan, tapi juga menghasilkan dampak sosial-ekonomi yang berkelanjutan.
Sementara itu, BPOM melalui Jayadi berkomitmen untuk terus mempermudah proses perizinan dan meningkatkan edukasi regulasi agar UMKM semakin tumbuh kuat dan mampu bersaing.
Program Bangun Karya menjadi contoh konkret bagaimana kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat memperkuat UMKM di NTT. Dengan pendampingan intensif, pembangunan fasilitas produksi standar GMP, serta dukungan penuh dari Bentoel Group dan pemerintah daerah, UMKM NTT semakin siap menghadapi persaingan pasar yang lebih luas.
Inisiatif ini juga menunjukkan bahwa pemberdayaan UMKM harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari edukasi, fasilitas produksi, hingga akses perizinan, agar pelaku usaha kecil dapat tumbuh secara inklusif dan berkelanjutan. Ke depan, dukungan berkelanjutan menjadi kunci untuk mendorong kemajuan ekonomi lokal yang mampu memberikan manfaat sosial-ekonomi luas bagi masyarakat NTT.