Minyak

Kenaikan Harga Minyak Goreng Dunia Dipicu Permintaan Biodiesel di Indonesia dan Turunnya Produksi Global

Kenaikan Harga Minyak Goreng Dunia Dipicu Permintaan Biodiesel di Indonesia dan Turunnya Produksi Global
Kenaikan Harga Minyak Goreng Dunia Dipicu Permintaan Biodiesel di Indonesia dan Turunnya Produksi Global

Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, harga minyak goreng mengalami peningkatan yang signifikan, terutama dipicu oleh stagnasi produksi di negara-negara produsen utama dan peningkatan permintaan biodiesel. Salah satu negara yang menonjol dalam konteks ini adalah Indonesia, yang merupakan produsen utama minyak kelapa sawit. Kebijakan domestik Indonesia yang memprioritaskan penggunaan minyak sawit untuk biodiesel telah menyebabkan perubahan dinamika pasar minyak goreng dunia,Senin, 10 Maret 2025.

Dorab Mistry, Direktur Godrej Internasional, dalam wawancaranya dengan Reuters pada Senin, 10 Maret 2025 menyatakan bahwa produksi minyak kelapa sawit kini mengalami pelambatan setelah puluhan tahun berada di papan atas sebagai minyak nabati termurah. "Minyak kelapa sawit tidak akan semurah itu lagi selama Indonesia tetap memprioritaskan biodiesel," katanya.

Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, menambahkan bahwa fokus Indonesia pada program biodiesel diperkirakan akan mengurangi volume ekspor minyak kelapa sawit. Pada 2030, prediksi menunjukkan bahwa ekspor Indonesia hanya akan mencapai 20 juta metrik ton, turun signifikan dari proyeksi 2024 yang sebesar 29,5 juta metrik ton.

Selain kebijakan Indonesia, tantangan alam seperti banjir yang terjadi di Malaysia, salah satu produsen minyak kelapa sawit terbesar dunia, juga berkontribusi terhadap penurunan produksi. Akibatnya, harga minyak sawit kini lebih tinggi dibandingkan minyak kedelai, memaksa para pembeli untuk mengurangi pembelian. Di India, yang merupakan importir terbesar minyak nabati, harga minyak sawit mentah (CPO) dalam enam bulan terakhir menembus angka lebih tinggi dibandingkan minyak kedelai mentah, dengan perbedaan harga kadangkala mencapai USD 100 per ton. Sebelum ini, hingga akhir 2022, minyak sawit diperdagangkan dengan diskon lebih dari USD 400 per ton.

Memperkuat kebijakan energi terbarukan, Pemerintah Indonesia melalui program Biodiesel 40 (B40) meningkatkan campuran wajib minyak kelapa sawit dalam biodiesel menjadi 40 persen pada tahun ini. Langkah ini menegaskan komitmen Indonesia dalam mengurangi ketergantungan impor bahan bakar fosil. Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan rencana ambisius untuk meningkatkan campuran biodiesel berbasis minyak kelapa sawit menjadi 50 persen pada tahun depan. "Rencana ini diharapkan dapat memangkas biaya impor bahan bakar hingga USD 20 miliar atau sekitar Rp 309,7 triliun per tahun," jelas Prabowo.

Mandat biodiesel sawit Indonesia tidak hanya mencakup sektor transportasi darat dan kereta api, tetapi juga merambah ke mesin industri, serta pembangkit listrik tenaga diesel. Bahkan, Indonesia sedang meneliti dan mengembangkan bahan bakar jet berbasis kelapa sawit dan telah melakukan uji terbang. Meski rencana pencampuran biofuel sebesar 3 persen untuk bahan bakar jet pada 2020 sempat tertunda, uji coba ini menjadi langkah penting Indonesia dalam mengembangkan biofuel di sektor aviasi.

Lonjakan harga minyak sawit sebagai bahan baku utama minyak goreng dunia dapat menciptakan lonceng peringatan bagi negara-negara yang bergantung pada impor minyak sawit. Keputusan Indonesia untuk mendorong pemanfaatan minyak sawit sebagai sumber energi terbarukan ternyata memiliki dampak beragam, dari menstimulasi industri domestik hingga mempengaruhi pasar global.

Pengamat industri menilai bahwa dinamika pasar minyak sawit ini memerlukan solusi inovatif dan kolaboratif dari negara-negara produsen dan konsumen untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan domestik serta ekspor, sembari memastikan kestabilan harga yang terjangkau.

Kedepannya, perkembangan kebijakan energi terbarukan di Indonesia dan situasi produksi minyak sawit global perlu terus dipantau sebagai penentu utama harga minyak goreng di pasar dunia. Sementara itu, tantangan perubahan iklim dan bencana alam juga menuntut pendekatan adaptif untuk menghadapi ketidakpastian produksi. Menyongsong era energi hijau, industri minyak goreng global dihadapkan pada tantangan dan peluang baru yang menuntut langkah-langkah strategis dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index