Jakarta - Bank Indonesia (BI) baru-baru ini melaporkan bahwa penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) mencatatkan pertumbuhan positif di tengah berbagai insentif yang diberikan pemerintah untuk sektor perumahan. Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar, penyaluran KPR pada bulan pertama tahun ini meningkat sebesar 10,8% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp796,7 triliun. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,1% YoY, Rabu, 5 Maret 2025.
Pertumbuhan ini menggambarkan dinamika positif dalam sektor perumahan yang didorong oleh kebijakan pemerintah. Beragam insentif yang diberikan, termasuk keringanan pajak dan dukungan pembiayaan, berhasil memicu pertumbuhan di pasar properti, memberi optimisme terhadap pemulihan ekonomi nasional pasca-pandemi COVID-19.
Menurut data dari Bank Indonesia, kontribusi pemulihan ekonomi dari sektor properti tidak dapat dipandang sebelah mata. Peningkatan di sektor ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap ekonomi secara keseluruhan, demikian diungkapkan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam keterangan resminya. "Sektor perumahan memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Kenaikan penyaluran KPR adalah salah satu indikasi bahwa pasar properti mulai pulih dan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional," ujarnya.
Insentif yang diberikan pemerintah di sektor perumahan diyakini berhasil mendorong masyarakat untuk lebih yakin dalam melakukan pembelian rumah, terlebih bagi generasi milenial yang menjadi sasaran utama dari kebijakan ini. Menurut Perry Warjiyo, program KPR dengan suku bunga rendah dan pelonggaran loan to value (LTV) yang ada saat ini berfungsi sebagai katalisator pertumbuhan penyaluran KPR di Indonesia.
Meskipun ada tantangan di dalam negeri maupun dari perekonomian global, seperti inflasi dan ketidakpastian pasar, Bank Indonesia tetap optimis sektor perumahan akan terus tumbuh. Pandangan optimis ini didasarkan pada tren peningkatan permintaan akan hunian yang semakin menonjol di kalangan masyarakat. "Kami memproyeksikan sektor properti akan tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi ke depan, sejalan dengan peningkatan permintaan akan hunian dan beragam insentif yang ada saat ini," tambah Perry Warjiyo.
Peningkatan penyaluran KPR ini juga tidak terlepas dari peranan perbankan nasional yang terus berupaya memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mengakses pembiayaan kepemilikan rumah. Dendi Ramdani, Kepala Ekonom Bank Mandiri, mengatakan bahwa aturan keringanan dalam pengajuan KPR, seperti pelonggaran uang muka, telah membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat dalam memiliki rumah. "Kami melihat trend positif ini sebagai hasil dari kebijakan pemerintah dan kesiapan lembaga keuangan untuk memberikan fasilitas yang lebih mudah bagi calon pembeli rumah," katanya.
Melalui kombinasi antara kebijakan pemerintah dan respons perbankan yang tepat, pasar properti Indonesia memperlihatkan pemulihan yang menjanjikan. Para pelaku industri properti juga mengaku optimis menyambut pertumbuhan di sektor ini, yang dianggap akan berlanjut hingga akhir tahun.
Di sisi lain, peningkatan KPR diyakini tidak hanya menguntungkan industri properti, tetapi juga sektor lainnya yang terkait, seperti bahan bangunan, konstruksi, dan tenaga kerja. Dengan semakin banyaknya proyek perumahan yang dikembangkan, diharapkan pula akan tercipta lapangan kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak.
Dengan indikator pertumbuhan penyaluran KPR yang positif ini, menjadi harapan bagi semua pihak agar tren tersebut dapat diperkuat dengan kebijakan lanjutan dari pemerintah dan inovasi dari sektor perbankan untuk mempertahankan momentum pemulihan yang terjadi.
Pemerintah, Bank Indonesia, serta seluruh pemangku kepentingan diharapkan dapat bahu membahu mendorong industri perumahan yang sehat dan berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional lebih lanjut.