EMAS

Harga Emas Melemah di Tengah Ketatnya Pengawasan Investor Menjelang Hasil Negosiasi Dagang AS China dan Rilis Data Inflasi AS yang Ditunggu tunggu

Harga Emas Melemah di Tengah Ketatnya Pengawasan Investor Menjelang Hasil Negosiasi Dagang AS China dan Rilis Data Inflasi AS yang Ditunggu tunggu
Harga Emas Melemah di Tengah Ketatnya Pengawasan Investor Menjelang Hasil Negosiasi Dagang AS China dan Rilis Data Inflasi AS yang Ditunggu tunggu

JAKARTA - Harga emas mengalami penurunan tipis pada perdagangan Selasa, di tengah ketatnya pengawasan pasar terhadap perkembangan negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang berpotensi meredakan ketegangan ekonomi global. Penurunan ini juga dipengaruhi oleh penguatan nilai dolar AS, yang secara tradisional memberi tekanan pada harga logam mulia seperti emas.

Mengutip data Reuters, harga emas spot turun sekitar 0,1% ke level US$3.324,55 per ons troi, sedangkan kontrak emas berjangka di AS menutup sesi dengan penurunan 0,3%, yaitu di harga US$3.343,40 per ons. Sementara itu, indeks dolar AS menguat sekitar 0,2%, membuat emas menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang asing, sehingga menurunkan daya tarik aset ini sebagai lindung nilai.

David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, menyatakan, “Beberapa sesi terakhir, harga emas mulai mundur dari level tertinggi, terutama karena meningkatnya optimisme terhadap hasil negosiasi antara China dan AS, serta pembicaraan dengan Inggris dan Rusia.” Pernyataan ini mengindikasikan bahwa perkembangan positif dalam pembicaraan dagang global dapat mengurangi permintaan terhadap emas yang biasanya dipandang sebagai aset aman saat ketidakpastian tinggi.

Pembicaraan dagang yang sedang berlangsung antara AS dan China di London, menurut Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, berlangsung dengan baik dan dijadwalkan akan terus berlanjut sepanjang hari. Kedua negara sedang berusaha mencapai kesepakatan terkait kendali ekspor, yang sebelumnya menimbulkan kekhawatiran atas eskalasi ketegangan di antara dua ekonomi terbesar dunia.

“Kesepakatan dagang yang dapat meredakan ketidakpastian global akan sangat mempengaruhi pasar. Ini dapat mengurangi daya tarik emas sebagai aset aman dan mendorong investor untuk beralih ke instrumen lain yang lebih menguntungkan,” ujar Lutnick dalam konferensi persnya.

Investor kini juga menantikan rilis data inflasi konsumen AS (Consumer Price Index/CPI) yang dijadwalkan keluar pada Rabu mendatang. Data ini akan menjadi indikator kunci untuk menentukan arah kebijakan suku bunga yang akan diambil oleh Federal Reserve (The Fed). Perubahan kebijakan suku bunga tersebut dapat berdampak besar pada pergerakan harga emas.

Bob Haberkorn, Senior Market Strategist di RJO Futures, menambahkan, “Investor saat ini menunggu koreksi harga lebih dalam, mungkin ke kisaran US$3.100 per ons, tapi untuk sekarang pasar masih wait and see menanti hasil pembicaraan China-AS.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa para pelaku pasar masih bersikap hati-hati dan memilih menunggu hasil negosiasi sebagai faktor penentu selanjutnya.

Selain emas, harga logam mulia lainnya juga menunjukkan pelemahan. Harga perak spot turun 0,5% menjadi US$36,53 per ons troi, sementara platinum melemah 0,5% ke level US$1.213,08 per ons, meski sempat menyentuh level tertinggi sejak Mei 2021. Palladium juga mengalami penurunan cukup signifikan, yakni sebesar 1,2% menjadi US$1.061,85 per ons troi.

Menurut Alexander Zumpfe, trader logam mulia dari Heraeus Metals Germany, reli pada platinum dipicu oleh kombinasi kekhawatiran pasokan, spekulasi pasar, serta tren positif secara umum dalam kompleks logam mulia. “Palladium tertinggal karena basis permintaannya yang lebih sempit serta daya tarik investasi yang lebih lemah,” jelasnya.

Secara keseluruhan, pasar logam mulia saat ini berada dalam fase menunggu kepastian dari berbagai faktor eksternal, terutama negosiasi dagang AS-China dan data ekonomi AS, yang berpotensi memberikan sinyal baru bagi arah pergerakan harga emas dan logam mulia lainnya di masa mendatang. Para investor dianjurkan untuk terus memantau perkembangan tersebut agar dapat mengambil keputusan investasi yang tepat dalam kondisi volatilitas pasar yang tinggi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index