Finansial

Gaya Hidup Mewah Bisa Menggoyahkan Prinsip Finansial, Ini 6 Kebiasaan Boros yang Harus Dihindari

Gaya Hidup Mewah Bisa Menggoyahkan Prinsip Finansial, Ini 6 Kebiasaan Boros yang Harus Dihindari
Gaya Hidup Mewah Bisa Menggoyahkan Prinsip Finansial, Ini 6 Kebiasaan Boros yang Harus Dihindari

JAKARTA – Dalam dunia yang penuh godaan gaya hidup mewah, menjaga prinsip finansial yang kuat menjadi semakin penting. Bahkan miliarder sekalipun, yang dikenal sebagai orang-orang pandai mengelola kekayaan, kerap terjebak dalam pola konsumsi berlebihan yang perlahan tapi pasti dapat merusak kestabilan keuangan mereka.

Di tengah situasi ekonomi global yang penuh ketidakpastian mulai dari perang dagang, inflasi, hingga perlambatan ekonomi manajemen keuangan menjadi kunci untuk menjaga ketahanan finansial jangka panjang. Namun, tak sedikit individu berkekayaan tinggi justru kehilangan arah karena tergoda oleh gaya hidup berlebihan.

Sebuah laporan dari GOBankingRates mengungkapkan bahwa miliarder rata-rata bisa menghabiskan lebih dari USD 134.000 per hari. Jika ditotal, angka tersebut setara dengan USD 48 juta per tahun, bahkan bisa melonjak hingga USD 80 juta menurut data Insider. Pengeluaran tersebut sebagian besar bukan untuk kebutuhan pokok, melainkan untuk memenuhi gaya hidup glamor seperti pembelian jet pribadi, koleksi mobil sport, hingga perjalanan eksklusif ke luar angkasa.

1. Belanja Berlebihan Bisa Melemahkan Prinsip Finansial
Pengeluaran masif seperti itu mencerminkan betapa mudahnya prinsip finansial yang sehat terabaikan ketika seseorang terlalu fokus pada status sosial dan kenikmatan instan. Padahal, menurut pakar keuangan, gaya hidup seperti ini sangat rentan terhadap fluktuasi ekonomi.

“Kalau pengeluaran tidak dikontrol, berapa pun besar pendapatan akan cepat habis. Prinsip finansial yang kuat justru diuji saat kita memiliki lebih,” ujar analis keuangan personal, Indah Kartika.

2. Pembelian Makanan Berlebih, Justru Merugi
Salah satu kebiasaan konsumtif yang sering tidak disadari adalah membeli bahan makanan dalam jumlah besar demi ‘menghemat’. Namun pada kenyataannya, banyak dari produk tersebut akhirnya berakhir di tempat sampah karena tidak sempat dikonsumsi sebelum kedaluwarsa.

Menurut Indah, pembelian dalam jumlah besar tanpa perhitungan yang tepat justru menjadi bentuk pemborosan. “Efisiensi dan kesadaran terhadap kebutuhan aktual adalah inti dari prinsip finansial yang sehat,” jelasnya.

3. Dekorasi Musiman yang Cepat Usang
Berganti dekorasi rumah sesuai musim atau tren memang terasa menyenangkan. Tetapi barang-barang dekoratif ini biasanya cepat kehilangan fungsi dan nilai, sehingga menjadi pengeluaran yang sia-sia. Miliarder pun kerap tergoda untuk terus memperbarui tampilan rumah hanya demi mengejar tren, padahal hal ini sangat bertentangan dengan prinsip pengelolaan keuangan jangka panjang.

“Investasi terbaik dalam rumah justru pada furnitur dan dekorasi yang timeless dan berkualitas. Ini lebih hemat dan berjangka panjang,” kata Indah.

4. Mainan Anak Bernilai Fantastis, Tapi Minim Manfaat
Keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi anak sering kali mendorong orang tua—termasuk miliarder—membeli mainan dengan harga selangit. Namun, kenyataannya, banyak mainan mahal itu hanya dimainkan beberapa kali atau bahkan sekadar menjadi pajangan.

“Orangtua perlu menimbang antara nilai emosional dan manfaat nyata dari pembelian tersebut. Prinsip finansial mengajarkan kita untuk lebih bijak dalam menyusun prioritas,” ujar Indah.

5. Koleksi Sepatu Branded yang Tidak Nyaman
Mengoleksi sepatu bermerek memang menjadi simbol status bagi sebagian orang kaya. Tapi jika sepatu-sepatu tersebut tidak nyaman dipakai, pada akhirnya hanya akan menghuni lemari. Ini bukan hanya pemborosan uang, tapi juga pemborosan ruang dan potensi nilai guna.

“Fungsi harus selalu menjadi pertimbangan utama dalam belanja, bukan hanya estetika. Kalau hanya dipakai sekali atau bahkan tidak pernah, itu jelas melanggar prinsip finansial cerdas,” tegas Indah.

6. Produk Kecantikan dan Pakaian Olahraga Mahal yang Tak Esensial
Rutinitas kecantikan dengan produk mahal atau membeli pakaian olahraga dari brand eksklusif bisa jadi lebih merupakan gaya hidup daripada kebutuhan. Banyak dari produk-produk tersebut memiliki harga tinggi tetapi tidak memberikan manfaat sebanding.

“Orang sering tertipu dengan asumsi bahwa harga tinggi = kualitas tinggi. Padahal belum tentu. Kita harus lebih kritis dan mengutamakan nilai guna,” kata Indah mengingatkan.

Prinsip Finansial Sehat Bukan Hanya untuk Orang Kaya

Fenomena ini menunjukkan bahwa kemampuan menghasilkan uang tidak selalu sejalan dengan kemampuan mengelola uang. Prinsip finansial yang sehat menuntut lebih dari sekadar penghasilan besar; ia menuntut kesadaran, disiplin, dan pengendalian diri.

Indah Kartika menekankan bahwa gaya hidup mewah memang menggoda, namun bukan penentu kebahagiaan jangka panjang. “Ketahanan finansial adalah fondasi kehidupan yang aman dan nyaman, bukan kemewahan yang sesaat,” ujarnya.

Banyak orang mengira bahwa hanya masyarakat biasa yang perlu bijak dalam mengatur keuangan. Padahal, miliarder sekalipun bisa bangkrut jika salah langkah. Pelajaran penting yang bisa diambil adalah bahwa prinsip finansial yang kokoh harus menjadi prioritas semua orang, terlepas dari tingkat kekayaan.

Disiplin Finansial Adalah Kunci

Menghindari enam kebiasaan konsumtif di atas bisa membantu siapa pun, termasuk kalangan berkantong tebal, agar tetap berada di jalur finansial yang sehat. Pilihan gaya hidup harus selalu diimbangi dengan kesadaran atas dampak jangka panjang, bukan sekadar kepuasan instan.

Karena pada akhirnya, stabilitas dan ketahanan finansial jauh lebih berharga daripada kemewahan sesaat yang menguap bersama waktu.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index