JAKARTA — Industri perbankan nasional kembali mencatat tonggak penting dalam upaya konsolidasi dan transformasi kelembagaan. PT Bank DKI resmi menjalin sinergi strategis dengan PT Bank Maluku Malut (BMM) melalui pembentukan dan menjadi penanda awal kolaborasi jangka panjang yang digadang-gadang akan menjadi katalisator perubahan.
Penandatanganan Perjanjian Penyertaan Modal dan Perjanjian Pemegang Saham dilakukan oleh Direktur Utama Bank DKI, Agus Haryoto Widodo, dan Direktur Utama BMM, Syahrisal Imbar. Dalam momen yang sama, Gubernur Provinsi Maluku, Hendrik Lewerissa, turut menandatangani perjanjian sebagai wakil pemegang saham utama BMM. Acara tersebut turut disaksikan oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung dan Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoandra, serta pejabat tinggi perbankan seperti Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae.
Kolaborasi ini merupakan implementasi dari amanat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, yang mendorong penguatan permodalan serta efisiensi operasional bank-bank daerah melalui pembentukan kelompok usaha bersama. Sinergi antara Bank DKI dan BMM menjadi salah satu langkah konkret dalam pelaksanaan regulasi tersebut.
Transformasi Bank DKI Menuju Kekuatan Nasional
Direktur Utama Bank DKI, Agus Haryoto Widodo, menjelaskan bahwa kerja sama ini menandai fase baru dalam perjalanan transformasi institusinya. Bank DKI, yang selama ini berperan sebagai bank pembangunan daerah milik Pemprov DKI Jakarta, kini semakin mengukuhkan posisi sebagai pemain utama di ranah perbankan nasional.
“Pembentukan KUB ini merupakan tonggak penting dalam transformasi Bank DKI menjadi bank yang sehat, kuat, dan berdaya saing nasional,” ujar Agus Haryoto dalam pernyataannya.
Agus menambahkan, melalui skema KUB ini, Bank DKI akan menjadi Pemegang Saham Pengendali Kedua (PSPK) di BMM. Dalam posisi tersebut, Bank DKI tidak hanya menyuntikkan modal, tetapi juga berperan aktif dalam pendampingan tata kelola perusahaan, manajemen risiko, sistem teknologi informasi, pengembangan bisnis, hingga peningkatan kualitas SDM BMM. Semua ini dijalankan berdasarkan prinsip Governance, Risk & Compliance (GRC) yang terintegrasi.
“Melalui kerja sama ini, Bank DKI akan memperluas penetrasi pasar, memperkuat struktur bisnis, serta meningkatkan kontribusi terhadap penguatan ekonomi daerah. Ini adalah bagian dari investment story kami menuju IPO,” jelas Agus.
Ia menargetkan bahwa sinergi ini mulai berdampak positif terhadap laporan keuangan konsolidasi dalam waktu 6 hingga 12 bulan ke depan. Lebih dari itu, Agus menyebut bahwa kolaborasi ini adalah bentuk investasi jangka panjang yang akan menopang pertumbuhan bisnis berkelanjutan.
“Kolaborasi hari ini adalah investasi untuk masa depan yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Dukungan Pemimpin Daerah dan OJK
Kolaborasi ini mendapatkan sambutan positif dari para kepala daerah. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menilai langkah konsolidasi ini sebagai wujud nyata kepatuhan terhadap regulasi nasional serta komitmen membangun kolaborasi lintas wilayah.
“Kami melihat kerja sama ini bukan hanya soal modal, tapi juga semangat untuk membangun Indonesia dari pinggiran secara nyata, dengan Jakarta berperan sebagai enabler,” ujar Pramono.
Senada dengan itu, Gubernur Provinsi Maluku, Hendrik Lewerissa, menegaskan bahwa kerja sama dengan Bank DKI akan menjadi motor penggerak akselerasi layanan keuangan di kawasan timur Indonesia.
“Dengan dukungan Bank DKI, kami yakin BMM dapat mengakselerasi transformasi layanan keuangan dan memberikan dampak positif terhadap ekonomi daerah,” ungkap Hendrik.
Sementara itu, Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoandra, menyatakan bahwa pembentukan KUB ini sangat relevan di tengah tantangan ekonomi global dan percepatan digitalisasi sektor keuangan.
“Langkah ini adalah bentuk adaptasi dan kolaborasi di era yang penuh tantangan,” ujarnya.
Harapan Baru bagi BMM
Bagi PT Bank Maluku Malut, kerja sama ini dipandang sebagai awal dari era baru. Direktur Utama BMM, Syahrisal Imbar, menyampaikan bahwa pihaknya menyambut baik sinergi dengan Bank DKI, terutama dalam hal peningkatan kapabilitas organisasi dan pelayanan publik.
“Kami berharap langkah ini juga membuka ruang kerja sama ekonomi antara pengusaha Maluku dan Maluku Utara dengan pelaku usaha di Jakarta,” ucap Syahrisal.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi ini akan mendukung BMM dalam memenuhi ketentuan modal inti minimum sesuai regulasi OJK, sekaligus memperkuat daya saing bank dalam skala nasional.
Tujuan Strategis Pembentukan KUB
Proses inisiasi pembentukan KUB antara Bank DKI dan BMM sendiri telah dimulai sejak tahun 2024. Tujuan strategis dari kemitraan ini meliputi beberapa hal utama:
-Memenuhi ketentuan modal inti minimum sebagaimana diatur oleh OJK;
-Meningkatkan ketahanan, efisiensi, dan daya saing Bank Pembangunan Daerah (BPD);
-Mendorong integrasi teknologi informasi, budaya kerja, dan tata kelola perusahaan yang baik;
-Menjadi pilar utama dalam value creation menuju transformasi dan rencana penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) Bank DKI.
Dengan adanya kolaborasi ini, Bank DKI tak hanya memperluas jaringan bisnis ke kawasan Indonesia timur, tapi juga membuka peluang pengembangan produk keuangan baru yang sesuai dengan kebutuhan lokal. Di sisi lain, BMM mendapatkan akses terhadap teknologi dan sistem operasional yang lebih modern, sekaligus dukungan dari institusi yang memiliki kapasitas besar di industri perbankan nasional.
Menuju Konsolidasi Nasional yang Lebih Solid
Pembentukan KUB Bank DKI dan BMM menjadi contoh nyata implementasi kebijakan konsolidasi nasional dalam industri perbankan. Dalam konteks yang lebih luas, langkah ini memperkuat jaringan antar-BPD sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi daerah.
OJK sebagai otoritas pengawas telah berulang kali menegaskan pentingnya penguatan struktur permodalan dan sinergi antarlembaga untuk menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, yang hadir dalam penandatanganan kerja sama ini menyatakan dukungan penuh terhadap upaya konsolidasi tersebut, meskipun dalam pernyataan publiknya tidak diungkap secara rinci.
Sinergi strategis antara Bank DKI dan Bank Maluku Malut dalam bentuk KUB tidak hanya mencerminkan kepatuhan terhadap regulasi OJK, tetapi juga menunjukkan semangat membangun ekosistem perbankan daerah yang kuat, sehat, dan adaptif. Dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah serta otoritas perbankan, langkah ini diharapkan menjadi contoh bagi BPD lain dalam menghadapi tantangan era digital dan persaingan industri keuangan yang semakin ketat.
Kerja sama ini menandai awal dari transformasi yang lebih luas di sektor perbankan, dengan dampak nyata terhadap penguatan ekonomi lokal dan penciptaan nilai jangka panjang yang berkelanjutan.