Indonesia Tetap Berkomitmen Atasi Pemanasan Global Meski Amerika Serikat Keluar dari Paris Agreement

Selasa, 11 Maret 2025 | 13:59:00 WIB
Indonesia Tetap Berkomitmen Atasi Pemanasan Global Meski Amerika Serikat Keluar dari Paris Agreement

Jakarta - Dalam upaya global untuk menanggulangi dampak pemanasan global, Indonesia tetap menunjukkan komitmennya meskipun terdapat ketidakpastian dari pihak internasional seperti keluarnya Amerika Serikat dari Perjanjian Paris. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Dewan Pembina Asosiasi Energi Angin Indonesia (AEAI), Feiral Rizky Batubara. Beliau menegaskan bahwa Indonesia akan terus melanjutkan upayanya untuk menekan emisi karbon dalam rangka mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060. Salah satu strategi yang sedang gencar dilaksanakan adalah penambahan kapasitas energi baru terbarukan (EBT) sebesar 75 Gigawatt dalam 15 tahun ke depan, Selasa, 11 Maret 2025.

Sektor energi angin mendapat sorotan dengan target kontribusi mencapai 20% dari total energi baru terbarukan yang dihasilkan, yaitu sekitar 15 Gigawatt. Asosiasi Energi Angin Indonesia (AEAI) menegaskan kesiapan mereka untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) jika ada kepastian investasi baik dari pemerintah maupun PLN.

Target Pengembangan Energi Angin

Menurut Feiral Rizky Batubara, "Kita memiliki potensi besar untuk memanfaatkan energi angin di Indonesia. Kami menargetkan pengembangan PLTB sebanyak 15 Gigawatt selama 15 tahun mendatang. Namun, keberhasilan dari target ini bergantung pada adanya kepastian investasi dari pemerintah dan juga dari PLN."

Feiral menambahkan bahwa kehadiran teknologi dan infrastruktur yang memadai serta regulasi yang mendukung sangat penting untuk menarik minat investor dalam negeri maupun asing. Oleh karena itu, kerjasama yang erat antara pemerintah dan pihak swasta sangat diperlukan untuk mencapai target tersebut.

Prospek Cerah Energi Angin

Industri energi angin di Indonesia dianggap memiliki prospek cerah dengan adanya potensi angin yang cukup menjanjikan di beberapa wilayah. Feiral menyatakan bahwa sejumlah lokasi di Indonesia memiliki kecepatan angin yang cukup tinggi dan konsisten, sehingga sangat cocok untuk pengembangan PLTB.

"Kami melihat bahwa prospek pengembangan energi angin di Indonesia sangat menjanjikan, terutama di wilayah-wilayah dengan kecepatan angin yang tinggi seperti di Sulawesi dan Nusa Tenggara," jelas Feiral. "Dengan investasi yang tepat, kita dapat memanfaatkan potensi ini secara maksimal."

Tantangan Dalam Pengembangan

Namun demikian, pengembangan energi angin tidak terlepas dari berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah permodalan dan kepastian regulasi. Feiral menuturkan bahwa tanpa adanya dukungan finansial yang kuat dan regulasi yang jelas, pengembangan PLTB bisa mengalami hambatan.

"Kita butuh kepastian regulasi dan juga dukungan finansial untuk proyek-proyek PLTB ini. Tanpa itu, pengembangan bisa terhambat dan target mungkin sulit tercapai," ungkapnya.

Selain itu, adanya tantangan teknis seperti perawatan dan operasional fasilitas juga menjadi perhatian AEAI. Meskipun teknologi pembangkit listrik tenaga angin sudah semakin canggih, namun pemeliharaan fasilitas tetap membutuhkan sumber daya yang terampil dan berpengalaman.

Mendorong Komitmen Investasi

Feiral berharap bahwa dengan adanya kebijakan yang proaktif dari pemerintah, maka iklim investasi di sektor ini dapat lebih kondusif. "Kami berharap pemerintah dapat memberikan insentif dan kebijakan yang mendukung pengembangan energi angin, sehingga investasi bisa lebih mudah masuk," tambahnya.

Dengan komitmen yang kuat dan dukungan dari berbagai pihak, Indonesia diharapkan dapat mencapai targetnya dalam memanfaatkan energi baru terbarukan sebagai salah satu langkah penting dalam mengatasi pemanasan global. Meskipun tantangan tetap ada, namun optimisme dari pihak AEAI dan berbagai stakeholeder lainnya menunjukkan bahwa masa depan energi angin di Indonesia memiliki peluang besar untuk berkembang.

Terkini