Jakarta – Hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terbaru mengungkapkan optimisme yang kuat dari kalangan perbankan terhadap prospek kinerja di triwulan I 2025. Survei ini, yang melibatkan 96 bank dengan porsi aset 96,61 persen dari total aset bank umum, menunjukkan Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) mencapai angka 60, menempatkannya dalam zona optimis, Selasa, 4 Maret 2025.
“Optimisme tersebut didorong oleh ekspektasi terhadap stabilitas kondisi makroekonomi, serta berlanjutnya peningkatan intermediasi dibarengi dengan kemampuan perbankan dalam mengelola risiko yang dihadapi, meskipun sedang di tengah kondisi makroekonomi global yang kurang kondusif,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, di Jakarta, Selasa.
Menurut survei, Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK) tercatat pada angka 74, mencerminkan optimisme perbankan akan pertumbuhan kredit di triwulan I 2025. Momentum bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri menjadi faktor penting yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan kredit dan aktivitas usaha masyarakat secara signifikan.
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga diproyeksikan meningkat di triwulan I 2025, sejalan dengan membaiknya kegiatan ekonomi dan usaha perbankan dalam memperoleh sumber dana untuk mendukung ekspansi kredit. Indeks Ekspektasi Kondisi Makroekonomi (IKM) juga berada dalam zona optimis pada angka 53, didukung oleh prediksi stabilnya kondisi makroekonomi domestik dan kecenderungan penurunan BI-Rate.
Dalam hal pertumbuhan ekonomi keseluruhan, PDB di triwulan I 2025 diperkirakan tumbuh berkat peningkatan konsumsi masyarakat yang dipicu oleh Ramadan dan Idul Fitri, penyesuaian upah minimum provinsi (UMP) 2025, serta berbagai stimulus ekonomi yang diterapkan sejak awal tahun.
Dian lebih lanjut menjelaskan, "Mayoritas responden juga meyakini bahwa risiko perbankan pada triwulan ini masih terjaga dan terkendali. Indeks Persepsi Risiko (IPR) sebesar 55 menunjukkan bahwa risiko tetap manageable, dengan kualitas kredit dan risiko pasar yang cukup stabil.”
Selain itu, bank-bank optimis terhadap posisi devisa netto (PDN) yang berada pada level rendah. Aset dan tagihan dalam valuta asing tercatat lebih besar dibandingkan kewajiban valas, sementara rentabilitas diharapkan meningkat beriringan dengan kenaikan penyaluran kredit. “Selanjutnya, risiko likuiditas juga diperkirakan masih terjaga stabil dibandingkan triwulan sebelumnya,” tambah Dian.
Survei ini juga memberikan wawasan mengenai prospek ekonomi global dan Indonesia tahun 2025. Kendati pertumbuhan ekonomi global diprediksi melambat akibat ketidakpastian geopolitik dan potensi perang dagang, ekonomi Indonesia justru memperlihatkan stabilitas. Prediksi ini didorong oleh penurunan suku bunga acuan, kebijakan ekonomi pemerintah yang pro-growth, serta berakhirnya fase wait and see para investor paska tahun politik 2024 dengan inflasi yang tetap terkendali.
Dengan hasil survei ini, perbankan di Indonesia menegaskan optimisme mereka, bersiap menyambut tantangan dan peluang yang datang di triwulan pertama 2025. Pemangku kepentingan diharapkan dapat memanfaatkan kondisi ini untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dalam ekosistem ekonomi yang terus berkembang. Seiring era digitalisasi dan integrasi layanan keuangan, perbankan memainkan peran kunci dalam merespon dinamika pasar dan kebutuhan nasabah yang terus berkembang.