JAKARTA - Pulau Bali kembali menjadi pusat perhatian dunia internasional, kali ini lewat penyelenggaraan Bali International Fashion Festival (BIFF) 2025 yang berlangsung di Pullman Bali Legian Beach pada Minggu, 24 Agustus 2025. Festival mode berskala internasional tersebut bukan hanya menampilkan karya desainer kelas dunia, tetapi juga membuka ruang inklusif bagi pelaku kreatif Indonesia untuk menembus pasar yang lebih luas.
Ratusan model dari dalam dan luar negeri ambil bagian dalam perhelatan ini. Mereka memperagakan koleksi busana yang beragam, mulai dari karya berciri khas daerah di Indonesia hingga rancangan kontemporer dari mancanegara. Kehadiran desainer muda, senior, bahkan penyandang disabilitas membuat BIFF tahun ini terasa lebih berwarna dibanding edisi sebelumnya.
Ajang Silaturahmi dan Peluang Ekonomi Kreatif
Athan Siahaan, salah satu pencetus BIFF, menegaskan bahwa festival ini sejak awal memang dirancang sebagai wadah pemersatu komunitas fashion Indonesia. Ia menyebut BIFF tidak hanya sebatas peragaan busana, tetapi juga medium silaturahmi, pertukaran gagasan, sekaligus peluang membuka pasar baru bagi industri kreatif Tanah Air.
“Selain membuka peluang pasar para desainer Indonesia untuk berbicara lebih banyak di pasar internasional. Contoh busana tenunan ulos, saya lebih banyak mempromosikan ke luar daerah saya dari Batak. Contoh lain bulan lalu, 500 lembar tenunan Lombok dan Bali terjual ke Malaysia,” ungkap Athan dalam sesi jumpa pers menjelang fashion show di Pullman.
Ia menambahkan, pengalaman memasarkan produk tradisional seperti tenunan Lombok, Bali, dan ulos Batak menjadi bukti bahwa pasar luar negeri memiliki ketertarikan besar terhadap produk lokal Indonesia. Karena itu, BIFF diharapkan menjadi jembatan bagi desainer Indonesia untuk lebih percaya diri membawa karya mereka ke panggung global.
Festival yang Lebih Variatif
Direktur BIFF, Lenny Hartono, menilai bahwa penyelenggaraan tahun ini menunjukkan perkembangan yang signifikan dibanding sebelumnya. Menurutnya, variasi koleksi dan keberagaman latar belakang para desainer menjadi kekuatan utama BIFF 2025.
“Untuk tahun ini para desainer yang terlibat bervariasi dari generasi muda sampai orang yang sudah senior di bidang fashion,” jelas Lenny yang juga dikenal sebagai desainer asal Bali.
Selain menghadirkan desainer Indonesia, BIFF turut melibatkan nama-nama dari Malaysia, Vietnam, Timor Leste, hingga Italia. Para perancang menyiapkan setidaknya 12 koleksi baru yang mencerminkan ciri khas budaya daerah masing-masing, sekaligus memperlihatkan inovasi dalam memadukan unsur modern dan tradisi.
Inklusivitas di Dunia Fashion
Salah satu poin penting dalam BIFF 2025 adalah hadirnya desainer penyandang disabilitas. Menurut Lenny, keterlibatan mereka bukan sekadar simbolis, melainkan upaya nyata untuk membuka ruang inklusif dalam dunia mode.
“Kebetulan beliau adalah disabilitas, tapi karyanya berkelas dunia. Kami sangat concern dengan hal seperti itu dan ingin memberikan peluang lebih banyak lagi,” tegas Lenny.
Keikutsertaan desainer disabilitas menjadi bukti bahwa kreativitas tidak mengenal batas fisik. BIFF pun menegaskan diri sebagai festival yang tidak hanya mementingkan estetika, tetapi juga nilai keberagaman dan kesetaraan.
Inspirasi dari Budaya dan Sejarah
Selain menonjolkan inklusivitas, BIFF juga menjadi tempat lahirnya inspirasi-inspirasi baru yang berakar dari budaya. Salah satunya ditunjukkan oleh desainer asal Malaysia, Anuar Faizal. Dalam festival ini, ia menampilkan koleksi busana yang terinspirasi dari sejarah bangsanya sebagai pelaut andal.
Uniknya, Anuar memadukan unsur Jepang dalam karyanya sehingga menghadirkan perpaduan lintas budaya yang segar. Koleksi ini menunjukkan bahwa fashion tidak hanya tentang pakaian, melainkan juga medium bercerita tentang sejarah, identitas, dan perjumpaan antarbangsa.
Bali sebagai Magnet Fashion Dunia
Dengan latar Pulau Bali yang sudah dikenal sebagai destinasi wisata dunia, BIFF semakin memperkuat citra daerah ini bukan hanya sebagai pusat pariwisata, tetapi juga sebagai pusat kreativitas global. Kehadiran ratusan desainer dan model dari berbagai negara memberi sinyal kuat bahwa industri fashion Indonesia punya daya saing tinggi di pasar internasional.
Tak hanya memamerkan karya, festival ini juga membuka ruang jejaring bisnis. Desainer, pelaku industri kreatif, hingga calon pembeli dari luar negeri dapat bertemu secara langsung, membicarakan kerja sama, dan menjajaki pasar baru. Hal ini menjadi keuntungan besar bagi pengembangan industri kreatif Tanah Air yang selama ini berperan penting dalam perekonomian.
Harapan ke Depan
Melalui BIFF, baik Athan Siahaan maupun Lenny Hartono sepakat bahwa misi utama festival ini adalah mendorong fashion Indonesia semakin dikenal luas. Kehadiran karya-karya berbasis budaya lokal, inovasi desainer muda, hingga partisipasi desainer disabilitas membuat BIFF tidak sekadar ajang pameran mode, tetapi juga ruang pembelajaran, pemberdayaan, dan ekspansi bisnis.
Dengan keberagaman koleksi dan inklusivitas yang ditawarkan, Bali International Fashion Festival 2025 memperlihatkan bahwa fashion Indonesia mampu beradaptasi dengan tren global tanpa kehilangan identitas lokal. Pada akhirnya, festival ini menjadi bukti bahwa industri kreatif bukan hanya soal estetika, tetapi juga tentang peluang, keberagaman, dan masa depan ekonomi bangsa.