UMKM Lokal Tumbuh Lewat Rasa dan Kemasan

Rabu, 02 Juli 2025 | 13:09:30 WIB
UMKM Lokal Tumbuh Lewat Rasa dan Kemasan

JAKARTA - Industri kreatif berbasis pangan lokal terus menunjukkan potensinya dalam mendorong kemajuan sektor UMKM. Di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), sebuah merek olahan pangan bernama Mama Ana membuktikan bahwa konsistensi rasa dan kemasan yang menarik adalah kunci untuk bersaing di pasar.

Produk-produk Mama Ana, yang dikembangkan oleh CV Beumops Elba Jaya, menjadi representasi nyata dari usaha mikro kecil menengah yang mampu mengangkat potensi bahan baku lokal hingga 95 persen dari wilayah NTT.

Pemilik CV Beumops Elba Jaya, Olvira Ballo, menyampaikan bahwa dalam dunia bisnis, label dan kemasan bukan hanya soal estetika, tapi juga alat komunikasi yang penting. “Selain tampil menarik juga harus tampil jujur, karena bagaimana konsumen mengenal produk yang dijual di dunia bisnis terutama saat dijual di publik. Label wajib dicantumkan untuk memudahkan pembeli saat mencari produk makanan untuk dikonsumsi dalam keluarga,” kata Olvira Ballo.

Menurutnya, setiap produk pangan lokal olahan tidak hanya menyampaikan rasa khas daerah, tetapi juga membawa nilai ekonomi tersendiri. Strategi pemasaran dan promosi menjadi unsur penting yang tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan UMKM dalam menembus pasar.

“Kunci sukses dari semua itu adalah strategi marketing dan promosi, karena kita harus mampu menyesuaikan dengan pangsa pasar yang sedang berkembang. Saat kita bekerja sendiri juga sangat membingungkan, tapi setelah dijelaskan oleh pendampingnya, oh begitu,” ungkap Olvira.

CV Beumops Elba Jaya tidak hanya fokus pada produk jadi, namun juga memperhatikan rantai pasok bahan baku. Salah satunya melalui kerja sama dengan petani kacang tanah di sekitar Kupang. Mereka diberdayakan agar mampu menjaga kualitas dan kebersihan bahan baku, yang kemudian diolah menjadi produk unggulan seperti selai kacang, camilan, hingga makanan olahan lainnya.

Industri kreatif Mama Ana juga menunjukkan perhatian besar terhadap keberlanjutan. Bukan hanya bahan baku yang bersumber dari lokal, kemasan sekunder pun menggunakan anyaman dari pengrajin lokal. Kemitraan ini tidak sekadar transaksi bisnis, melainkan membangun hubungan mutualistik dengan berbagai elemen masyarakat.

Di balik produk-produk olahan Mama Ana, tersimpan nilai-nilai kearifan lokal. Mereka tidak hanya memanfaatkan sumber pangan lokal yang melimpah, namun juga mengintegrasikan budaya dan cita rasa khas NTT ke dalam produk mereka. Inilah yang membuat produk mereka berbeda dan memiliki daya saing, baik di pasar lokal maupun nasional.

“Produk kami bukan sekadar pangan olahan. Kami ingin memperkenalkan kekayaan rasa dari Nusa Tenggara Timur melalui cara produksi yang baik, aman, dan tentu saja bercita rasa tinggi,” ujar Olvira.

Dalam prosesnya, Mama Ana juga didampingi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui program binaan UMKM. Dukungan ini meliputi pelatihan produksi pangan yang baik, pengemasan yang sesuai standar, hingga perizinan yang memudahkan produk untuk menembus pasar yang lebih luas.

Kemitraan yang dibangun oleh Olvira juga mencakup kolaborasi dengan para talent lokal. Anak muda yang punya kemampuan di bidang desain grafis dan digital marketing diajak bergabung untuk mengembangkan usaha secara digital. Transformasi digital ini diakui Olvira menjadi salah satu langkah penting dalam memperkuat eksistensi brand Mama Ana di era saat ini.

“Kita libatkan anak-anak muda lokal yang kreatif untuk bantu desain kemasan, bantu promosi lewat media sosial. Jadi kita semua tumbuh bersama,” jelasnya.

Dalam jangka panjang, Olvira berharap bahwa Mama Ana bisa menjadi inspirasi bagi UMKM lainnya di Indonesia, khususnya di wilayah timur. Bahwa dengan pendekatan yang tepat mengutamakan kualitas, kejujuran, dan kekuatan lokal produk UMKM bisa naik kelas dan masuk pasar modern.

“Kami percaya bahwa UMKM punya peran penting dalam pembangunan ekonomi daerah. Kalau semua pihak saling mendukung, mulai dari petani, pengrajin, hingga pemerintah, maka UMKM bisa menjadi tulang punggung ekonomi yang kokoh,” ujarnya.

Kisah sukses Mama Ana adalah bukti nyata bahwa potensi lokal, jika digarap dengan serius dan berkelanjutan, dapat menjadi kekuatan besar dalam industri kreatif nasional. Mulai dari bahan baku, kemasan, hingga strategi pemasaran, semuanya dirancang dengan prinsip keberlanjutan dan keterlibatan masyarakat lokal.

Di tengah arus persaingan yang makin ketat, UMKM seperti Mama Ana menunjukkan bahwa kejujuran dalam rasa, kekonsistenan produk, dan keterampilan dalam menyampaikan cerita lewat kemasan mampu membangun ikatan emosional dengan konsumen. Dan inilah yang menjadi keunggulan UMKM lokal dibanding produk massal industri besar.

Dengan semangat gotong royong dan inovasi yang berakar dari kearifan lokal, Mama Ana tidak hanya menjual produk, tetapi juga memperkenalkan identitas budaya NTT kepada masyarakat luas. Ini bukan hanya soal bisnis, tapi juga tentang menjaga warisan kuliner daerah lewat pendekatan yang modern.

Terkini

Lenovo 300E Chromebook Generasi Dua Laptop Murah Fleksibel

Jumat, 12 September 2025 | 17:15:53 WIB

6 Shio Mendapat Kesempatan Membuka Hati dan Menerima Kasih

Jumat, 12 September 2025 | 17:15:51 WIB

Haechan NCT Bersinar Debut Solo Lewat Album TASTE

Jumat, 12 September 2025 | 17:15:50 WIB