Indonesia Siapkan Megaproyek Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik dengan Investasi Rp114 Triliun

Jumat, 06 Juni 2025 | 10:48:55 WIB
Indonesia Siapkan Megaproyek Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik dengan Investasi Rp114 Triliun

JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memulai pembangunan megaproyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) pada pekan ketiga Juni 2025. Proyek strategis ini mencakup pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL), pabrik prekursor dan katoda baterai, serta fasilitas produksi sel baterai dan battery pack yang terintegrasi.

Megaproyek ini menjadi bagian penting dalam upaya pemerintah untuk memperkuat rantai nilai industri baterai kendaraan listrik di dalam negeri, sekaligus menempatkan Indonesia sebagai pemain utama dalam ekosistem kendaraan listrik global.

Investasi Besar dan Lapangan Kerja Melimpah

Nilai investasi yang dialokasikan untuk megaproyek ini diperkirakan mencapai USD 6 hingga 7 miliar atau setara lebih dari Rp97 hingga Rp114 triliun. Selain itu, proyek ini diproyeksikan mampu membuka lebih dari 20.000 lapangan pekerjaan baru, yang diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional secara signifikan.

Anggota Komisi XII DPR RI, Gandung Pardiman, menyambut positif dan memberikan dukungan penuh terhadap megaproyek ini. Menurutnya, proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik bukan sekadar pembangunan industri biasa, tetapi merupakan langkah strategis untuk membangun ketahanan dan kemandirian industri nasional yang berbasis nilai tambah.

“Ini bukan sekadar proyek industri biasa. Groundbreaking ini mencerminkan arah kebijakan negara yang ingin keluar dari ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Kita harus membangun ekosistem industri dari hulu sampai hilir di dalam negeri,” ujar Gandung saat ditemui di Jakarta, Rabu (5/6/2025).

Keterlibatan Pelaku Usaha Nasional

Gandung menekankan pentingnya pelibatan pelaku usaha nasional, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), koperasi, serta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam proyek ini. Hal ini bertujuan agar manfaat ekonomi dari megaproyek ini bisa dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya perusahaan besar saja.

“Penting bagi kita memastikan bahwa manfaat proyek tidak hanya dinikmati oleh perusahaan besar. Harus ada ruang bagi pelaku usaha kecil dan daerah untuk ikut tumbuh dalam ekosistem ini,” tegas Gandung.

Pendekatan inklusif tersebut akan mendorong pemerataan ekonomi dan penguatan ekonomi lokal melalui kolaborasi antara perusahaan besar dan usaha kecil di berbagai wilayah.

Strategi Besar Pemerintah untuk Elektrifikasi Transportasi

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menjelaskan bahwa megaproyek baterai kendaraan listrik ini merupakan bagian dari strategi besar pemerintah dalam mempercepat proses elektrifikasi transportasi dan mengembangkan energi baru terbarukan di Tanah Air.

“Ini adalah proyek pertama di Asia Tenggara yang membangun rantai pasok baterai secara terintegrasi. Indonesia harus berhenti menjadi pasar dan mulai menjadi pemain dalam industri masa depan,” ungkap Bahlil.

Bahlil menambahkan, integrasi mulai dari pengolahan bahan baku nikel hingga produksi sel baterai dan battery pack akan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai nilai global baterai kendaraan listrik. Hal ini juga akan meningkatkan nilai tambah produk tambang Indonesia sekaligus mendorong investasi berkelanjutan.

Komitmen pada Aspek Lingkungan dan Keberlanjutan

Selain aspek ekonomi, Gandung Pardiman juga mengingatkan bahwa proyek ini harus dijalankan dengan memperhatikan prinsip keberlanjutan dan ramah lingkungan. Ia mengingatkan pentingnya penerapan good mining practice dan penggunaan teknologi bersih agar proses pengolahan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan baru.

“Transisi energi tidak boleh menimbulkan kerusakan baru. Proyek ini harus memperhatikan prinsip keberlanjutan, menjaga lingkungan, dan berpihak pada rakyat,” pungkas Gandung.

Pernyataan ini menegaskan bahwa pemerintah dan semua pihak terkait harus memastikan megaproyek ekosistem baterai ini berjalan sejalan dengan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Lokasi dan Rencana Groundbreaking

Groundbreaking megaproyek ekosistem baterai kendaraan listrik direncanakan akan dilakukan di Maluku Utara, yang merupakan salah satu pusat produksi nikel terbesar di Indonesia. Lokasi ini dipilih untuk mendukung efisiensi pengolahan bahan baku dan mempercepat distribusi produk ke pasar domestik maupun ekspor.

Keberadaan proyek ini di Maluku Utara juga diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Tantangan dan Peluang Industri Baterai Nasional

Indonesia, sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk menjadi pusat manufaktur baterai kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara. Namun, tantangan yang dihadapi antara lain adalah pembangunan infrastruktur yang memadai, penguasaan teknologi mutakhir, serta sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat.

Megaproyek ini merupakan langkah penting untuk menjawab tantangan tersebut sekaligus memanfaatkan peluang pasar baterai kendaraan listrik yang diperkirakan akan tumbuh pesat dalam dekade mendatang. Dengan dukungan kebijakan pemerintah, investasi besar, serta keterlibatan berbagai pihak, Indonesia berpotensi menjadi pemain kunci dalam ekosistem baterai global.

Megaproyek ekosistem baterai kendaraan listrik yang akan dimulai bulan Juni 2025 ini menandai babak baru dalam industri manufaktur dan pengolahan mineral di Indonesia. Proyek ini tidak hanya menyasar peningkatan nilai tambah dari sumber daya alam, tetapi juga mendorong transformasi ekonomi nasional menuju industri berteknologi tinggi yang berkelanjutan.

Dengan investasi triliunan rupiah dan potensi membuka puluhan ribu lapangan kerja, proyek ini diharapkan mampu memberikan dampak ekonomi sosial yang luas dan memperkuat posisi Indonesia di panggung industri kendaraan listrik dunia.

Gandung Pardiman menegaskan, “Kita harus memastikan megaproyek ini berjalan dengan prinsip inklusivitas, keberlanjutan, dan ramah lingkungan agar manfaatnya bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia, tidak hanya oleh segelintir pihak.”

Terkini